Ramadhan 1437 H Hari Ke-3
Sejarah emas
Islam mencatat bahwasanya kemenangan terbesar umat ini pada Perang Badr terjadi
di bulan Ramadhan, tepatnya 2 tahun setelah hijrah. Dan itu tentu saja tidak
lepas dari sebab munajat dan do’a kepada Rabbul ‘Aalamiin. Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu
mengisahkan:
“Sungguh aku melihat kami pada malam (perang) Badr, di mana tidak ada satu pun di antara kami melainkan ia tertidur, kecuali Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, beliau sholat menghadap pohon dan berdo’a (kepada Allah) sampai subuh…” [Hadist Shahih, riwayat Ahmad no. 1161]
“Sungguh aku melihat kami pada malam (perang) Badr, di mana tidak ada satu pun di antara kami melainkan ia tertidur, kecuali Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, beliau sholat menghadap pohon dan berdo’a (kepada Allah) sampai subuh…” [Hadist Shahih, riwayat Ahmad no. 1161]
Dan kita
tahu bahwa keeseokan harinya, Allah menjawab do’a tersebut dengan menurunkan
ribuan bala tentara Malaikat untuk menolong kaum muslimin yang berjumlah
sedikit dan lemah waktu itu. Ini adalah salah satu bukti, betapa dahsyatnya
do’a di bulan yang suci ini.
Mereka yang
dekat dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, sangat memahami
betapa Ramadhan adalah waktu yang istimewa untuk memanjatkan do’a tanpa rasa
takut akan ditolak. Lihatlah bagaimana ‘Aisyah radhiallahu’anha meminta do’a
khusus dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam untuk dibaca saat
Lailatul Qadr, beliau radhiallahu’anha berkata:
Wahai
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, jikalau aku mendapati satu malam
(Ramadhan) ternyata adalah Lailatul Qadr, maka do’a apa yang aku ucapkan? Maka
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam menjawab; ucapkanlah:
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf
lagi Maha Pemurah. Engkau mencintai maaf, maka maafkanlah aku.” [Sunan Ibnu
Majah no. 3850, dishahihkan al-Albani]
SUMBER-SUMBER
KEKUATAN DO’A
Do’a adalah
sebab terkuat dalam menolak perkara-perkara yang tidak disukai (seperti musibah
dan bencana), dan do’a juga merupakan sebab terkuat dalam usaha meraih
cita-cita. Namun pengaruh yang dihasilkan dari kekuatan do’a setiap hamba,
berbeda-beda.
Berikut ini
adalah beberapa perkara yang sepatutnya diilmui oleh setiap mukmin dalam
berdo’a kepada Allah, agar do’a yang dipanjatkannya memberikan pengaruh yang
luar biasa ampuhnya baik di kehidupan dunia maupun di
akhirat.
Yakin Akan
Terkabulnya Do’a
Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa salam bersabda:
“Berdo’alah kepada Allah, disertai keyakinan
kalian akan ijabah (terkabulnya do’a), dan ketahuilah oleh kalian, bahwa Allah
tidak menerima do’a dari hati yang lupa lagi lalai” [Hadits Hasan, lihat
ash-Shahihah: 596]
Do’a yang
dipanjatkan seorang hamba tidak akan memberikan pengaruh apa-apa baginya,
selama hatinya hampa dari mengingat Allah. Lalai dari Allah (sebagai Dzat yang
menjadi tujuan do’anya), justru akan membatalkan dan melemahkan kekuatan
do’anya.
Menjaga
Kehalalan
Darah dan
daging yang tumbuh dari makanan yang haram bisa menjadi penghalang utama
terkabulnya do’a seorang hamba, sekalipun hamba tersebut telah mewujudkan
faktor-faktor terbesar terkabulnya do’a. Disebutkan dalam hadits yang shahih:
“(Bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wa salam) berkisah tentang seorang laki-laki yang melakukan perjalanan
jauh, rambutnya kusut dan berdebu, dia mengangkat tangannya tinggi ke langit
seraya berseru, Yaa Rabb…. Ya Rabb….(menandakan hajatnya yang sangat mendesak),
namun (ternyata) makanan yang dikonsumsinya haram, pakaiannya bersumber dari
yang haram, dan tumbuh dari bekal yang haram. Maka bagaimana mungkin do’anya
akan dikabulkan?” [Shahih Muslim no. 1015]
Para ulama
menjelaskan bahwa laki-laki yang dikisahkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
salam dalam hadits di atas telah mengumpulkan beberapa faktor terbesar yang
bisa menyebabkan terkabulnya do’a, di antaranya adalah; kondisi musafir,
ditambah lagi kebutuhan genting yang mendesak, serta sifat ketundukan dan
kehinaan dalam meminta kepada Allah. Namun semua itu ternyata tidak berarti
apa-apa di hadapan Allah, karena sang hamba bergelut dengan keharaman dan jauh
dari yang halal.
Sikap
Memelas Kepada Allah
Hendaknya
seorang hamba menampakkan rasah butuhnya yang mendesak kepada Allah tatkala
berdo’a. Hendaknya ia memperlihatkan keputusasaannya dari segenap kekuatan dan
penolong kecuali dari Allah semata.
Di dalam
Kitab az-Zuhd (hadits no. 7) karya Imam Ahmad rahimahullaah, disebutkan
bahwasanya seorang ulama salaf mengatakan:
“Aku tidak
menemukan gambaran yang lebih pantas bagi seorang mukmin (ketika berdo’a)
daripada gambaran (rasa takut dan harap) seorang laki-laki di atas sepotong
kayu di tengah lautan, lalu dia menyeru; Yaa Rabb…Yaa Rabb…, agar sudi kiranya
Allah menyelamatkannya.”
Jangan
Tergesa-gesa dan Putus Asa
Janganlah
seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah dengan menganggap do’anya lambat
terkabul atau tidak dijawab sama sekali, sehingga ia menyerah dan berputus asa
dari do’a. Layaknya seorang petani yang menggarap lahan dan menanam, ia merawat
dan menyiraminya, namun ia menganggap tanamannya sangat lamban menghasilkan
buah, sehingga ia meninggalkan tanaman tersebut sampai layu dan akhirnya mati,
diapun dipastikan tidak memperoleh apa-apa.
Rasulullah r
bersabda dalam hadits shahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallaahu’anhu:
“Akan dikabulkan do’a seseorang di antara
kalian selama ia tidak tergesa-gesa, dengan mengatakan ‘aku telah berdo’a tapi
tidak (atau belum juga) dikabulkan’” [Shahih Bukhari no. 6340]
Sedangkan di
dalam Shahih Muslim (no. 2735) disebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa salam bersabda (yang artinya):
“Senantiasa
akan dikabulkan do’a seorang hamba selama ia tidak berdo’a dengan do’a yang
mengandung dosa atau pemutusan silaturrahim, dan juga selama ia tidak
tergesa-gesa. Ditanyakan kepada beliau: Wahai Rasulullah r, apa yang dimaksud
tergesa-gesa? Beliau menjawab: Jika seseorang berkata; ‘Aku telah berdo’a dan
berdo’a, namun aku belum melihat do’a-ku dikabulkan, maka ia pun berputus asa
lantas meninggalkan do’a”
Mencari
Waktu Ijabah
Di antara
waktu-waktu terkabulnya do’a berdasarkan dalil yang shahih adalah; sepertiga
malam yang akhir (kira-kira tengah malam sampai menjelang shubuh), waktu antara
adzan dan iqomah, pada saat turun hujan, saat sujud dalam shalat, dan tentu
saja pada saat berpuasa di bulan Ramadhan, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
“Ada tiga orang yang do’anya tidak akan
ditolak; seseorang yang berpuasa hingga ia berbuka, pemimpin yang adil, dan
do’anya orang yang terzhalimi.” [Hadits Hasan riwayat at-Tirmidzi, lih.
Al-Kalimut Thoyyib no. 163]
Berdo’a
Dengan Asma’ullaahil A’zhom
Do’a akan
semakin kuat pengaruhnya jika dihiasi dengan Asma’ullaahil A’zhom, yaitu
nama-nama Allah yang isitimewa nan agung. Salah satunya adalah dengan membaca
kalimat berikut ini sebelum mengutarakan permintaan kepada Allah:
Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa salam bersabda ketika mendengar seorang laki-laki yang berdo’a
menggunakan kalimat di atas:
“Demi Allah yang jiwaku dalam gengaman-Nya,
sungguh ia telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang agung, yang mana
jika Dia diminta dengan nama tersebut, niscaya akan di-ijabah, dan jika Dia
dimohon dengan nama tersebut niscaya Dia akan memberi.” [Shahih Sunan Ibnu
Majah no. 3857, al-Albani]
Catatan: Ada
banyak lafaz-lafaz Asma’ullaahil A’zhom selain lafaz di atas, untuk itu
silahkan merujuk kitab ad-Daa’ wad Dawaa’ (hal. 28-32, Cet. V, Daar Ibn Katsir,
1421 H) karya Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (wafat: 751 H)
***
Disarikan
dan diramu oleh Redaksi al-Hujjah dari sumber bacaan:
ad-Daa’ wad
Dawaa’, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah.
Tafsirul
Qur-aanil ‘Azhiim, Ibnu Katsir.
al-Kalimut
Thoyyib, Ibnu Taimiyah.
Dikutip Oleh
:
NSH MOSLEM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar