ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
Nama dan Nasab Beliau Radhiallahu ‘Anhu
Nama Abu Bakar ash-Shiddiq yang
sesungguhnya adalah Abdullah bin Abu Quhafah – Usman – bin Amir bin Amru bin
Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr
al-Quraisy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam
pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, kakek yang keenam.
Dan ibunya adalah Ummu al-Khair binti
Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Ayahnya diberi kuniyah (sebutan
panggilan) Abu Quhafah.
Dan pada masa jahiliyyah Abu Bakar
ash-Shiddiq dijuluki Atiq, karena wajahnya yang cakep dan gagah (sebagaimana
hal itu dikatakan oleh Ibnu Ma’in, al-Laits bin Sa’ad dan juga oleh putrinya
Aisyah radhiallahu ‘anhum). Imam Thabari menyebutkan dari jalur Ibnu Luhai’ah
bahwa anak-anak dari Abu Quhafah tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua
Mu’taq dan ketiga Utaiq.
Mus’ab bin az-Zubair berkata, ‘Segenap
ummah telah ijma’ tentang gelar yang diberikan kepada beliau radhiallahu ‘anhu
dengan ‘Ash-Shiddiq’ adalah karena beliau selalu membenarkan apa yang
diberitakan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam’.
Kelahiran dan Pertumbuhan Beliau
Beliau dilahirkan dua tahun beberapa
bulan setelah lahirnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau tumbuh
di kota Makkah, dan beliau tidak meninggalkan kota tempat tinggalnya kecuali
untuk tujuan berdagang. Beliau adalah penghulu suku Quraisy, dan ahlu syura
diantara mereka pada zaman jahiliyah.
Dan beliau juga terkenal sebagai orang
yang meninggalkan khomr pada masa jahiliyah, ketika beliau ditanya :’Apaka
engkau pernah meminum khomr dimasa jahiliyah ? beliau menjawab : A’udzubillah
(aku berlindung kepada Allah), kemudian beliau ditanya lagi, ‘Kenapa?’ , beliau
menjawab : aku menjaga dan memelihara muru’ahku (kehormatanku), apabila aku
minum khomr maka hal itu akan menghilangkan kehormatan dan muru’ahku. (lihat :
Tarikh al-Khulafa’, hal: 32)
Karakter Fisik dan Akhlak Beliau
Abu Bakar adalah orang yang bertubuh
kurus, berkulit putih. ‘Aisyah menerangkan karakter bapaknya, “Beliau berkulit
putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggangnya (sehingga kainnya
selalu turun dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam warna
matanya, berkening lebar, tidak bisa bersaja’ dan selalu mewarnai jenggotnya
dengan innai maupun katam.”
Begitulah karakteristik fisik beliau.
Adapun akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian,
selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi,
penyabar, memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan
garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakal kepada Allah
dan yakin dengan segala janji-Nya, bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat,
zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi
Allah, serta lembut dan ramah, semoga allah meridhainya. Akan diterangkan setelah
ini hal-hal yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.
Kisah Keislaman Beliau
Abu Bakar adalah lelaki yang pertama
kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripada beliau,
adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali masuk Islam, sementara
Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak.
Ternyata keislaman Abu Bakar paling
banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingakn
dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta
kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya maka masuk mengikutinya
tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi
Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah
radhiyallahu anhum.
Di awal keislamannya beliau
menginfakkan di jalan Allah apa yang dimilikinya sebanyak 40.000 dirham, beliau
banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena keislamannya di jalan
Allah, seperti Bilal radhiyallahu anhu. Beliau selalu mengiringi Rosulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam selama di Makkah, bahkan dia lah yang mengiringi
beliau ketika bersembunyi di dalam gua dalam perjalanan hijrah hingga sampai ke
kota Madinah. Di samping itu beliau juga mengikuti seluruh peperangan yang
diikuti Rosulullahu shalallahu ‘alaihi wa sallam baik perang Badar, Uhud,
Khandaq, Penaklukan kota Makkah, Hunain maupun peperangan di Tabuk.
Istri-Istri dan Anak-Anak Beliau
Abu Bakar pernah menikahi Qutailah
binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa jahiliyyah dan dari pernikahan
tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’.
Beliau juga menikah dengan Ummu Ruman
binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan
tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah.
Beliau juga menikah dengan Asma’ binti
Umais bin ma’add bin Taim al-Khatts’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperistri
oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahannya ini lahirlah bin Abu
Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.
Beliau juga menikah dengan Habibah
binti Kharijah bin Zaid bin Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj.
Abu Bakar pernah singgah di rumah
Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya,
dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan
as-Sunuh hingga Rasullullah shalallahu ‘alaihi wa sallam wafat dan beliau
kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah shalallahu ‘alihi wa
sallam. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Khultsum setelah wafatnya
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Beberapa Keutamaan Beliau
Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq
radhiyallahu anhu sangat banyak sekali dan telah dimuat dalam kitab-kitab
sunnah, kitab tarajim (biografi para tokoh), maupun kitab-kitab tarikh, namun
disni akan dinukilkan sebagian apa yang telah di ringkas oleh Doktor Muhammad
as-Sayyid al-Wakil dalam kitabnya “Jaulah Tarikhiyah fi ‘asri al-khulafa’
ar-Rasyidin”, dan beberapa kitab lainnya, diantaranya adalah :
·
Para
Ulama Ahlus Sunnah telah ijma’ bahwa manusia termulia setelah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian Umar bin
Khaththab, kemudian utsman bin Affan, kemudian ‘Ali bin Abi Thalib, kemudian
sepuluh orang sahabat yang di khabarkan masuk surga, kemudian seluruh sahabat
yang mengikuti perang Badar (ahlu badar), kemudian para sahabat yang mengikuti
perang Uhud, kemudian para sahabat yang mengikuti Ba’iat Ridwan (ahlu bai’at),
kemudian sahabat-sahabat lainnya yang tidak termasuk sebelumnya.
·
Imam
al-Bukhari meriwayatka dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau
berkata, ‘Kami memilih orang-orang di masa nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
maka kami memilih Abu Bakar kemudian Umar, kemudian Utsman’. Dan Imam
Ath-Thabari menambahkan di kitabnya ‘Al-Kabir’ maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam mengetahui hal itu dan berkata : “Tidaklah seorang nabi pun kecuali ia
memiliki dua wazir (pendamping) dari penduduk langit dan dua wazir dari
penduduk bumi, adapun pendampingku dari penduduk langit adalah malaikat Jibril
dan Mika’il, sedangkan pendampingku dari penduduk bumi adalah Abu Bakar dan
Umar”.
·
Dan
Abu Ya’la menluarkan dari ‘Ammar bin Yasir radhiallahu ‘anhu, beliau berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “ Jibril baru saja datang
kepadaku, maka aku berkata : wahai Jibril khabarkan kepada saya tentang
keutamaan Umar bin Khaththab, ia (Jibril) menjawab, ‘kalaulah aku berbicara
tentang keutamaan Umar selama – lamanya Nabi Nuh tinggal bersama kaumnya –
niscaya aku belum selesai dari membicarakan keutamaan Umar, dan sesungguhnya
keutamaan-keutamaan yang dimiliki Umar hanyalah satu hasanah (kebaikan) dari
kebaikan-kebaikan yang dimiliki Abu Bakar”.
·
Beliau
Adalah Sahabat Yang Menemani Rasulullahu ‘alaihi wa sallam di Gua ketika Hijrah.
Allah berfirman dalam surat at-Taubah ayat 40 yang artinya, “Jikalau tidak
menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika
orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia
salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua , diwaktu dia
berkata kepada temannya, janganlah berduka cita, sesungguhnya Allah bersama
kita.”(at-Taubah: 40). ‘Aisyah, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat
ini mengatakan , “Abu Bakarlah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.”
·
Diriwayatkan
dari al-Barra’ bin Azib, ia berkata, “Suatu ketika Abu Bakar pernah membeli
seekor tunggangan dari Azib dengan harga 10 dirham, maka Abu Bakar berkata
kepada ‘Azib, Suruhlah anakmu si Barra agar mangantarkan hewan tersebut.” Maka
‘Azib berkata, “Tidak, hingga engkau menceritakan perjalananmu bersama
Rosulullah ketka keluar dari Makkah sementara orang-orang musyrikin sibuk
mencari-cari kalian.”
·
Abu
Bakar berkata, “Kami berangkat dari Makkah, berjalan sepanjang siang dan malam
hingga datang waktu dhuhur, maka aku mencari-cari tempat bernaung agar kami
dapat istirahat di bawahnya, ternyata aku melihat ada batu besar, maka segera
kudatangi dan terlihat di situ ada naungannya, maka kubentangkan tikar untuk
Nabi shalallahu ‘alihi wa sallam, kemudian aku katakan kepadanya,”Istirahatlah
wahai Nabi Allah.” Maka beliaupun beristirahat, sementara aku memantau daerah
sekitarku, apakah ada orang-orang yang mencari kami datang mengintai. Tiba-tiba
aku melihat ada seorang penggembala kambing sedang mengiring kambingnya kebawah
teduhan di bawah batu tersebut ingin berteduh seperti kami, maka aku bertanya
padanya, ”Siapa tuanmu wahai budak?” Dia menjawab, “Budak milik si Fulan,
seseorang dari suku Quraisy.” Dia menyebut nama tuannya dan aku mengenalnya
kemudian kutanyakan, “Apakah kambingmu memiliki susu?” Dia menjawab , “Ya”
lantas kukatakan, “Maukah engkau memeras untuk kami?” Dia menjawab, “Ya” Maka
dia mengambil salah satu dari kambing-kambing tersebut, setelah itu kuperintahkan
dia agar membersihkan susu kambing tersebut terlebih dahulu dari kotoran dan
debu, maka dia menepuk kedua telapak tangannya dan dia mulai memeras susu,
sementara aku telah mempersiapkan wadah yang di mulutnya dibalut kain menampung
susu tersebut, maka segera kutuangkan susu yang telah diperas itu ke tempat
tersebut dan kutunggu hingga bawahnya dingin, lalu kubawakan kehadapan Nabi
shalallahu ‘alaihi wasallam dan ternyata beliau sudah bangun, segera kukatakan
padanya, “Minumlah wahai Rasulullah.” Maka beliau mulai minum hingga kulihat
beliau telah kenyang, setelah itu kukatakan padanya, “Bukankah kita akan segera
kembali ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya!” akhirnya kami melanjutkan
perjalanan sementara orang-orang musyrik terus menerus mencari kami, tidak
satupun yang dapat menyusul kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju’syam yang
mengendarai kudanya, maka kukatakan pada Rasulullah, “Orang ini telah berhasil
mengejar kita wahai Rasulullah,” namun beliau menjawab, “Jangan khawatir,
sesungguhnya Allah bersama kita.”
·
Diriwayatkan
dari Anas dari Abu Bakar radhiyallahu anhu beliau berkata, “Kukatakan kepada
nabi shalallahu ‘alihi wa sallam ketika kami berada dalam gua, ‘Andai saja
mereka (orang-orang musyrikin) melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat.’
Rasul menjawab, “Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang manusia
sementara Allah menjadi yang ketiga.”
Masa Kekhalifahan Beliau
Dalam riwayat al-Bukhari diriwayatkan
dari Aisyah radhiyallahu` anha, bahwa ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar datang
dengan menunggang kuda dari rumah beliau yang berada di daerah Sunh. Beliau
turun dari hewan tunggangannya itu kemudian masuk ke masjid. Beliau tidak
mengajak seorang pun untuk berbicara sampai akhirnya masuk ke dalam rumah
Aisyah. Abu Bakar menyingkap wajah Rasulullah yang ditutupi dengan kain
kemudian mengecup keningnya. Abu Bakar pun menangis kemudian berkata : “demi
ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, Allah tidak akan menghimpun dua kematian pada
dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan pada dirimu, berarti engkau
memang sudah meninggal.”Kemudian Abu Bakar keluar dan Umar sedang berbicara
dihadapan orang-orang. Maka Abu Bakar berkata : “duduklah wahai Umar!” Namun
Umar enggan untuk duduk. Maka orang-orang menghampiri Abu Bakar dan meninggalkan
Umar. Abu Bakar berkata : “Amma bad`du, barang siapa diantara kalian ada yang
menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Kalau kalian
menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati.
Allah telah berfirman :
“Muhammad itu tidak lain hanyalah
seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah
jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang
berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah
sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
(QS Ali Imran : 144)
Ibnu Abbas radhiyallahu` anhuma berkata
: “demi Allah, seakan-akan orang-orang tidak mengetahui bahwa Allah telah
menurunkan ayat ini sampai Abu Bakar membacakannya. Maka semua orang menerima
ayat Al-Qur`an itu, tak seorangpun diantara mereka yang mendengarnya melainkan
melantunkannya.”
Sa`id bin Musayyab rahimahullah berkata
: bahwa Umar ketika itu berkata : “Demi Allah, sepertinya aku baru mendengar
ayat itu ketika dibaca oleh Abu Bakar, sampai-sampai aku tak kuasa mengangkat
kedua kakiku, hingga aku tertunduk ke tanah ketika aku mendengar Abu Bakar
membacanya. Kini aku sudah tahu bahwa nabi memang sudah meninggal.”
Dalam riwayat al-Bukhari lainnya, Umar
berkata : “maka orang-orang menabahkan hati mereka sambil tetap mengucurkan air
mata. Lalu orang-orang Anshor berkumpul di sekitar Sa`ad bin Ubadah yang berada
di Saqifah Bani Sa`idah” mereka berkata : “Dari kalangan kami (Anshor) ada pemimpin,
demikian pula dari kalangan kalian!” maka Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah bin
al-Jarroh mendekati mereka. Umar mulai bicara, namun segera dihentikan Abu
Bakar. Dalam hal ini Umar berkata : “Demi Allah, yang kuinginkan sebenarnya
hanyalah mengungkapkan hal yang menurutku sangat bagus. Aku khawatir Abu Bakar
tidak menyampaikannya” Kemudian Abu Bakar bicara, ternyata dia orang yang
terfasih dalam ucapannya, beliau berkata : “Kami adalah pemimpin, sedangkan
kalian adalah para menteri.” Habbab bin al-Mundzir menanggapi : “Tidak, demi
Allah kami tidak akan melakukannya, dari kami ada pemimpin dan dari kalian juga
ada pemimpin.” Abu Bakar menjawab : “Tidak, kami adalah pemimpin, sedangkan
kalian adalah para menteri. Mereka (kaum Muhajirin) adalah suku Arab yang
paling adil, yang paling mulia dan paling baik nasabnya. Maka baiatlah Umar
atau Abu Ubaidah bin al-Jarroh.”Maka Umar menyela : “Bahkan kami akan
membai`atmu. Engkau adalah sayyid kami, orang yang terbaik diantara kami dan
paling dicintai Rasulullah.” Umar lalu memegang tangan Abu Bakar dan
membai`atnya yang kemudian diikuti oleh orang banyak. Lalu ada seorang yang
berkata : “kalian telah membunuh (hak khalifah) Sa`ad (bin Ubadah).” Maka Umar
berkata : “Allah yang telah membunuhnya.” (Riwayat Bukhari)
Menurut `ulama ahli sejarah, Abu Bakar
menerima jasa memerah susu kambing untuk penduduk desa. Ketika beliau telah
dibai`at menjadi khalifah, ada seorang wanita desa berkata : “sekarang Abu
Bakar tidak akan lagi memerahkan susu kambing kami.” Perkataan itu didengar
oleh Abu Bakar sehingga dia berkata : “tidak, bahkan aku akan tetap menerima
jasa memerah susu kambing kalian. Sesungguhnya aku berharap dengan jabatan yang
telah aku sandang sekarang ini sama sekali tidak merubah kebiasaanku di masa
silam.” Terbukti, Abu Bakar tetap memerahkan susu kambing-kambing mereka.
Ketika Abu Bakar diangkat sebagai
khalifah, beliau memerintahkan Umar untuk mengurusi urusan haji kaum muslimin.
Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar menunaikan haji. Sedangkan untuk ibadah
umroh, beliau lakukan pada bulan Rajab tahun 12 H. beliau memasuki kota Makkah
sekitar waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya. Beliau ditemani oleh beberapa
orang pemuda yang sedang berbincang-bincang dengannya. Lalu dikatakan kepada
Abu Quhafah (Ayahnya Abu Bakar) : “ini putramu (telah datang)!”
Maka Abu Quhafah berdiri dari
tempatnya. Abu Bakar bergegas menyuruh untanya untuk bersimpuh. Beliau turun
dari untanya ketika unta itu belum sempat bersimpuh dengan sempurna sambil
berkata : “wahai ayahku, janganlah anda berdiri!” Lalu Abu Bakar memeluk Abu
Quhafah dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan
rasa bahagia dengan kedatangan putranya tersebut.
Setelah itu datanglah beberapa tokoh
kota Makkah seperti Attab bin Usaid, Suhail bin Amru, Ikrimah bin Abi Jahal,
dan al-Harits bin Hisyam. Mereka semua mengucapkan salam kepada Abu Bakar :
“Assalamu`alaika wahai khalifah Rasulullah!” mereka semua menjabat tangan Abu
Bakar. Lalu Abu Quhafah berkata : “wahai Atiq (julukan Abu Bakar), mereka itu
adalah orang-orang (yang baik). Oleh karena itu, jalinlah persahabatan yang
baik dengan mereka!” Abu Bakar berkata : “Wahai ayahku, tidak ada daya dan
upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban yang
sangat berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggungnya
kecuali hanya dengan pertolongan Allah.” Lalu Abu Bakar berkata : “Apakah ada
orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan dzalim?” Ternyata tidak ada
seorangpun yang datang kepada Abu Bakar untuk melapor sebuah kedzaliman. Semua
orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut.
Wafat Beliau
Menurut para `ulama ahli sejarah Abu
Bakar meninggal dunia pada malam selasa, tepatnya antara waktu maghrib dan isya
pada tanggal 8 Jumadil awal 13 H. Usia beliau ketika meninggal dunia adalah 63
tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais,
istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah. Umar
mensholati jenazahnya diantara makam Nabi dan mimbar (ar-Raudhah) . Sedangkan
yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama
Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar, Utsman, dan Thalhah bin Ubaidillah.
Sumber : http://pustakamuhibbin.blogspot.co.id/
Lihat : Tarikh al-Khulafa’, Jaulah
Tarikhiyah fi ‘Asri al-Khulafa’ ar-Rasyidin karya DR. Muhammad as-Sayyid
al-Wakil, Al-Bidayah wan Nihayah, Masa Khulafa’ur Rasyidin Tartib wa Tahdzib
Kitab al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir. – Shifatush-Shofwah karya Ibnul
Jauzi. Dan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar